Insinyur di Belanda sedang menggunakan printer 3D yang mencetak beton untuk membangun jembatan cetak pertama di dunia. Jembatan tersebut dikhususkan untuk pengguna sepeda. Pihak kampus yakni Technical University di Eindhoven, sedang mengkonstruksi jembatan selama beberapa minggu ini dengan menggunakan bantuan robot dan sebuah kerangka bangunan. Jembatan itu akan berukuran delapan meter dan menggunakan delapan ratus lapisan dari beton dan mortar. Kampus tersebut sedang membangun jembatan itu di kota Gemeert yang nantinya terletak di sebelah dari patung Lady of Gemert-sebuah tetengger kota tersebut-. Karena jembatan pada umumnya berfungsi sebagai penghantar yang menerima beban, maka banyak yang meragukan bahwa jembatan cetak 3D itu akan tahan lama. Tim pembuat jembatan itu telah meyakinkan semua orang bahwa jembatan itu akan berfungsi sepenuhnya. Peneliti yang bergabung dengan tim juga telah menguji jembatan cetak itu dengan menggunakan simulasi model.
Peningkatan dari adopsi cetak 3D di bidang konstruksi bukanlah suatu hal yang mengejutkan. Berterimakasihlah kepada teknik modern. Jembatan tersebut tidak memerlukan persiapan yan g intens atau scaffolding yang berat bagi para pekerja untuk berjalan di atasnya. Kemudian, dalam pembangunannya, tidak terlalu memerlukan usaha yang begitu berat bagi para pekerja. Bahkan mereka dapat melakukan pekerjaan itu sambil duduk. Keuntungan lainnya, adalah metode ini dapat memakai material yang murah dan berkelanjutan. Dengan material berbahan lebih murah, dapat mengurangi biaya dari investasi pada robot dan mesin lainnya.
Meskipun demikian, banyak pakar khawatir jika teknologi cetak 3D mengurangi pekerja. Para insinyur di tim ini, menilai berpendapat bahwa teknologi cetak 3D ini bukanlah suatu ancaman bagi para pekerja konstruksi. Karena menurut mereka seperti robot, masih memerlukan seseorang untuk mengoperasikannya, pekerja seharusnya dilatih ulang, bukan diberikan surat pemecatan. Pelatihan tadi dapat membantu untuk mengimbangi masalah yang disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan proses mekanis.
Para pekerja akan mempunyai kesibukan yang sangat berbeda dalam mengoperasikan robot-robot itu. Termasuk dalam membuat campuran semen yang memerlukan mesin, memogramkan mesin itu dan memperisapkannya untuk membangun. Di saat beberapa pekerjaan akan menjadi tidak lagi dibutuhkan, bukan berarti kesempatan lain tidak terbuka. Secara keseluruhan, tim dari TU Eindhoven optimis dengan masa depan dari teknologi ini.
sumber:3dprinting.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar